Hi, apa kabar, kabar baik tentunya. Kali ini kita mau berbicara panjang lebar atau istilah pas saya bocah mau ngecap gitu, hehehe.
Di jaman orang-orang belum terjamah gadget, tepatnya tahun 2000 kebawah, kita benar-benar merasakan sensasi komunikasi yang hangat dan bersahaja.
Orang-orang pada masa itu, benar-benar orang yang menyenangkan, selalu terbuka dan hangat kepada siapa saja.
Pada saat itu orang datang dari mana-mana terus bercerita begini begitu, seru sekali, tiap kali ada orang baru yang datang kita tidak sabar untuk mendengar cerita-cerita dan pengalaman yang dibawanya.
Selalu saja ada perbendaharaan kata-kata kita selalu mengalami update yang baru dan juga langsung viral, berawal dari mulut ke mulut lama-lama orang sepasar pada ngeh masksud kata-kata tersebut.
Pada masa itu, kita tidak pakai smartphone atau internet, semua alami dan semua merasa tidak membutuhkan semua itu.
Nah, istilah atau ungkapan-ungkapan asing yang baru kita dengar terkadang menyelipkan sebuah pesan moral yang tidak kita sadari adalah mengenai kejujuran kita sendiri.
Mungkin diantara kita, belum lupa dengan ungkapan "Ah, itu mah relatif", secara tidak sadar ungkapan ini sedang menohok kita, secara kita sebagai lelaki tentu berandai-andai menginginkan wanita dengan tinggi semampai, rambut lurus, bodi seindah gitar spanyol dan fisik seperti model.
Tentu itu tidak benar sama sekali, tidak semua lelaki benar-benar mendambakan tubuh wanita yang nyaris sempurna seperti kriteria di atas.
Sudut pandang sebagian orang saja yang menganggap wanita harus seperti itu, bagi saya wanita adalah mahkluk ciptaan tuhan juga, yang tidak harus diagungkan atau dipuja berlebihan.
Atau tidak semua wanita, benar-benar mencari lelaki yang kaya raya dan tampan, semua itu relatif, apa pun yang kiranya menyenangkan dari seorang lelaki atau lelaki yang punya sopan santun, tentu bisa membuat wanita jatuh hati.
Semua tidak melulu, harta dan raga semata, ada nilai-nilai yang bisa dilihat seseorang dari apa yang dia lihat.
Dan hal ini, secara tidak langsung mengajak kita untuk selalu terbuka, dan tidak naif, bahwa pola pikir kita yang usang sebaiknya segera diganti, dan kita bisa melihat dunia ini jauh lebih jernih dan berimbang.