Cerita Tentang Poster Film, Papan Bilboard dan Logo


Hi, apa kabar. Kali ini ada tulisan ringan tentang membangun persepsi dari audience dalam memaknai sebuah papan bilboard, film, poster film dan logo bisa juga disebut mengumpulkan imajinasi penonton.

Mengumpulkan Imajinasi penonton membutuhkan pemikiran dan kesabaran, pengalaman, dan juga hal - hal detail lainnya.

Kadang logo membutuhkan ketepatan, dan kombinasi dari berbagai konsep.

Logo yang terlihat sederhana saja, bisa dihargai dengan sangat mahal, karena desainnya yang elegan, menakjubkan, ciri khas, dan otentik.

Karena sebuah logo adalah bagaimana anda mengenalkan ide anda atau bahkan bisa menjual ide anda.

Banyak contoh hal - hal yang bisa dikatakan sebuah logo, mempunyai kemiripan dengan logo, iklan advertising di papan bilboard.

Hanya sebuah gambar, benar, tapi anda lihat dari gambar itu adalah sebuah pesan yang menyiratkan makna.

Orang - orang yang melihatnya akan punya persepsi yang berbeda - beda, misal ada iklan gajah makan pisang, orang yang satu mengganggap gajah sedang makan pisang, mungkin orang yang satu lagi bilang bahwa gajah sedang susah buang air besar biar BAB nya lancar, atau yang satu lagi bilang gajah itu sedang menerapkan budaya hidup sehat, dengan banyak makan buah - buahan dan kamu tahu bahwa itu memang iklan hidup sehat.

Itu semua benar, itulah sebuah imajinasi di dalam pikiran, kita sudah membuat khayalan fiksi tentang sebuah iklan, anda sendiri yang akan memaknai sebuah iklan dengan persepsi yang anda bangun.

Pemasang iklan sepenuhnya menyerahkan kepada anda, bagiamana imajinasi anda bermain dan tidak melupakan esensi dari iklan tersebut.

Poster film bisa dikatakan mempunyai filosofi yang sama dengan logo, dengan gambar, atau sebuah iklan yang berisi kata - kata juga bisa dikatakan mempunyai jalan yang sama dengan sebuah logo. 


Ini sih kata – kata dari saya, kalau anda setuju dengan tulisan ini, saya sangat mengapresiasi, saya bukan penggiat seni, apa lagi penjual, cuma dari dulu saya menyukai hal – hal yang berbau seni dan menyukai para pekerja seni bekerja.

Sedari kecil saya menyukai dunia film, dan mencintai bioskop, saya sering datang ke bioskop sekadar melihat judul – judul film, dan melihat gambar dalam poster, ada kebahagiaan apa bila saya bisa ikut bermain dalam sebuah film.

Era saya masih kecil, industri film nasional sedang posisi yang menyedihkan dan dalam keadaan terpuruk.

Film – film kita habis di gempur film – film dari luar.

Saya bertekad, untuk belajar tentang film, ya, belajar otodidak, dari orang – orang yang pandai, dan berbaik hati menggelontorkan ilmunya.

Apa pun yang berbau dengan film, saya sangat menyukainya.

Apa lagi stasiun tv banyak menayangkan film – film bagus, bisa tidur larut saya hehehe.

Sinetron kalau bagus juga saya tonton, asal ada unsur komedi dan tidak sekedar menjual kemewahan, saya pasti tonton.

Saya berasumsi, bahwa majunya industri perfilman sebuah negara, bisa diindkasikan kemajuan juga cara berfikirnya masyarakatnya.

Karena ini tentang kebebasan berfikir dan berekspresi.

Bahkan saya bercita – cita menyutradai sebuah film, hehehe.

Saya berusaha, dunia film, iklan billbboard, dan logo sebetulnya sama, sama – sama butuh penonton, dan butuh tidak sekadar ide, tapi juga pengakuan dari anda.